Rangkaian Upacara Pernikahan Suku Betawi

Upacara Pernikahan Suku Betawi

 Kota Jakarta yang dikenal dengan kota metropolitan, ternyata merupakan tanah kelahiran dari suku Betawi. Kenyataannya kini memang masyarakat asli suku Betawi mulai terpinggirkan dari Jakarta karena banyaknya para pendatang , dan arus globalisasi yang mempengaruhi kebudayan.

Tapi, hal tersebut tidak begitu saja dapat menghilangkan unsur kebudayaan yang diwarisi oleh nenek moyang. Kebudayaan dan kesenian dari suku Betawi hingga saat ini masih lestari dan tarsius dilestarikan oleh masyarakat luas, bahkan bukan hanya oleh masyarakat Betawi saja.

Salah satu budaya yang sampai saat ini masih lestari yaitu rangkaian upacara pernikahan suku Betawi. Yang dalam penyelenggaraannya memiliki makna tersendiri, dan tidak boleh dilewatkan satu pun.

Agar tidak banyak berbasa-basi lagi, berikut dibawah ini adalah rangkaian upacara pernikahan suku Betawi. Silahkan disimak dengan baik!

  1. Ngedelengin

Rangkaian Upacara Pernikahan Suku Betawi

Rangkaian pertama dari pernikahan suku Betawi adalah ngedelengin. Ngedelengin merupakan sebuah prosesi acara yang didalamnya dilakukan oleh Mak Comblang.

Acara ini merupakan proses antara lelaki dan perempuan untuk saling bertemu dan menemukan kecocokan satu sama lain. Pertemuan ini diatur oleh Mak Comblang.

Ketika kedua pihak merasa cocok maka pada saat itu Mak Comblang bertugas kembali untuk meminta ke pihak perempuan, dan menyerahkan sejumlah uang yang disebut sembe atau angpao.

Selanjutnya Mak Comblang menyampaikan pesan yang diisyaratkan oleh pihak perempuan ke pihak laki-laki untuk melanjutkan proses membawa beberapa bawaan, atau disebut ngelamar.

  1. Ngelamar

Rangkaian Upacara Pernikahan Suku Betawi

Ngelamar merupakan rangkaian dari upacara pernikahan yang dimana proses tersebut merupakan permintaan secara resmi dari pihak lelaki kepada pihak perempuan untuk persetujuan pernikahan. Proses ngelamar ini dilakukan oleh utusan yang berjumlah beberapa orang yang orang-orang tersebut membawa banyak barang bawaan.

Barang bawaan atau seserahan yang biasa dibawa oleh pihak lelaki diantaranya adalah:

  1. Sirih embun 

  2. Pisang raja dua sisir

  3. Roti tawar yang dihias warna-warni

  4. Uang lamaran

  5. Baju atau bahan pakaian untuk wanita.

Setelah penyerahan bawaan ini selesai, upacara dilanjutkan dengan pembicaran inti dari upacara pernikahan ini yaitu pembicaran tentang mas kawin, uang untuk belanja, uang pelangkah apabila calon pengantin ini akan mendahului kakak kandung, kekudang yaitu makanan kesukaan calon pengantin wanita. Seluruh proses tersebut dilakukan oleh utusan dari pihak keluarga perempuan dengan utusan pihak keluarga lelaki.

  1. Bawa Tande Putus

Bawa Tande Putus dapat disebut juga bertunangan. Rangkaian upacara pernikahan ini ditandai dengan memberikan cincin belah rotan kepada calon pengantin wanita, dan pemberian uang pesalin serta aneka kue.

Tande Putus memiliki makna bahwa calon pengantin wanita ini sudah diikat secara resmi oleh pihak lelaki sehingga tidak boleh diganggu oleh orang lain, hal ini pun berlaku untuk calon pengantin lelaki ia tidak bisa mengingat wanita lain setelah melakukan tande putus ini.

  1. Piare Calon None Penganten

Calon pengantin wanita disebut None Mantu, memiliki proses adat pernikahan yang harus dijalankan yaitu Masa di pare. Masa dipiare adalah none mantu diasuh oleh tukang piare selama satu bulan.

Rangkaian upacara pernikahan ini bertujuan untuk mengontrol keseharian dari calon pengantin wanita, kesehatan calon pengantin wanita, dan merawat kecantikan calon pengantin wanita. Tukang piare ini pun membantu calon pengantin wanita melakukan program diet.

  1. Siraman 

Rangkaian proses pernikahan selanjutnya adalah Siraman. Siraman ini dilakukan oleh calon pengantin wanita yang dilakukan sehari sebelum acara akad nikah dimulai, yang biasanya upacara ini diawali dengan acara pengajian.

  1. Ngerik dan Potong Centung

Upacara pernikahan ini dilakukan di kamar calon pengantin wanita. Rangkaian ini diperlukan perlengkapan kain putih sebesar dua meter untuk alas, bunga setaman, air putih dalam teko atau cawan, dan setangkai bunga mawar untuk tempat gunting, dan perlengkapan lainnya.

Upacara pernikahan ini ialah ngerik dan potong centung. Ngerik memiliki tujuan untuk menghilangkan bulu-bulu di sekitaran kering, pelipis, dan lebih calon pengantin perempuan. Kegiatan ini dilakukan oleh tukang piare yang dia pun berutus untuk membuat centung yaitu menggunakan uang logam kedua pipo calon pengantin wanita yang bertujuan agar calon pengantin wanita mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

  1. Malam Pacar

Malam pacar merupakan rangkaian upacara pernikahan yang dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita. Proses malam pacar adalah pemberian pacar atau kutek yang diawali oleh ibu dari calon mempelai wanita.

  1. Akad Nikah

Akad nikah merupakan rangkaian inti dari upacara pernikahan Betawi. Proses ini diawali dengan calon pengantin wanita meminta izin kepada ayahnya untuk dinikahkan dan berumah tangga kepada lelaki yang meminta untuk menikahinya.

Kemudian ayah calon pengantin wanita menikahkan anaknya. Ketika proses akad nikah ini calon pengantin wanita berada di kamarnya untuk menunggu akad pernikahan selesai.

  1. Acara Kebesaran 

Rangkaian terakhir dari upacara pernikahan suku Betawi ilaha acara kebesaran yang terdiri dari dua acara yaitu Buka palang pintu dan Di puade.

Buka palang pintu adalah pengantin pria diberikan ujian untuk menembusi tambatan hatinya, yaitu diharuskan dapat membuka palang pintu yang dibuat oleh rombongan dari pihak pengantin perempuan.

Acara buka palang pintu diawali dengan atraksi silat antara kedua pihak pengantin. Selanjutnya acara di puade adalah kedua pengantin duduk di puade.

Pengantin pria memberikan sirih dare kepada pengantin perempuan sebgaia lambing kasih sayangnya. Lalu pengantin pria akan membuka cadar pengantin wanita, yang dilanjutkan dengan pengantin wanita mencium tangan pengantin pria.

Penutup

Demikianlah informasi mengenai rangkaian pernikahan suku Betawi yang harus anda ketahui guna menjaga warisan budaya dari bangsa ini.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top